1. Sejarah Teknologi Artificial Intelligence (AI)
Larry Page dan Sergey Brin saat masih menjadi mahasiswa di Universitas Stanford pada tahun 1995, memiliki visi untuk menciptakan mesin pencari yang lebih baik dengan menggunakan metode pencarian berbasis pada jumlah tautan yang mengarah ke suatu halaman web, visi inilah yang melahirkan Google Inc. pada tahun tahun 1998 sebagai perusahaan swasta. Sejak saat itu, Google telah berkembang menjadi perusahaan teknologi terkemuka di dunia, dengan produk-produk seperti Gmail, Google Maps, dan Android. Produk Google sangat dekat dengan pemanfaatan Teknik Machine learning, yaitu suatu metode pembelajaran yang memungkinkan komputer untuk memahami dan mengambil keputusan tanpa diberi instruksi secara eksplisit. Metode ini menggunakan data yang telah ada untuk mempelajari pola-pola dan menggeneralisasikannya ke dalam sebuah model. Model tersebut kemudian dapat digunakan untuk memprediksi hasil yang belum diketahui atau untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan data yang tersedia.
Mesin pencari yang ditawarkan google semakin hebat, semua urusan kehidupan dapat ditanya di mesin pintar ini. Sejak tahun 2011, Google telah memperkenalkan produk-produknya berbasis deep learning. Deep learning adalah salah satu cabang dari machine learning dengan menggunakan jaringan saraf tiruan yang sangat dalam untuk mempelajari data dan membuat prediksi. Jaringan saraf tiruan ini terdiri dari banyak lapisan yang masing-masing lapisan memproses data dan mengirimkan hasilnya ke lapisan berikutnya. Lapisan pertama menerima input data, lapisan terakhir memberikan output, dan lapisan di antaranya disebut lapisan tersembunyi. Jaringan saraf tiruan ini disebut “deep” karena memiliki banyak lapisan. Deep learning sangat berguna untuk melakukan tugas-tugas yang rumit seperti mengklasifikasikan gambar, mengonversi teks menjadi suara, atau mengendalikan robot. Karena kemampuannya yang luar biasa, deep learning telah menjadi salah satu teknologi yang paling populer dalam industri teknologi informasi saat ini.
Google telah menjadi tren, ketika kita ingin mendapatkan jawaban dari suatu masalah, orang akan mudah merekomendasikan silakan digoogling atau silakan bertanya ke mbah google. Istilah ini menunjukan bahwa google sangat pintar. Google telah menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memberikan rekomendasi konten bacaan serta situs-situs hiburan yang sesuai dengan selera kita. Akhir Tahun 2022, kita dihebohkan dengan perkembangan teknologi AI ini, yaitu ChatGPT OpenAI. Dilansir dari Liputan6.com, OpenAI adalah perusahaan riset dan penyebaran teknologi kecerdasan buatan, yang bertujuan memastikan bahwa kecerdasan buatan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. ChatGPT OpenAI tersedia berbagai fitur yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna, diantaranya mampu mengoptimalkan model bahasa dalam melakukan dialog, sekarang ada alternatif lain yang lebih menjanjikan dari Google.
Fenomena rekacipta kecerdasan buatan ini, ternyata telah mengalami sejarah perkembangan yang cukup lama. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan berakar pada tahun 1950-an, ketika seorang ilmuwan terkemuka bernama Alan Turing menulis sebuah artikel yang mengajukan pertanyaan tentang apakah mesin dapat berpikir dan bertindak seperti manusia. Pada tahun 1956, para ilmuwan dan filsuf di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyelenggarakan konferensi yang membahas AI dan memulai gerakan AI modern.
Setelah itu, AI mengalami beberapa gelombang perkembangan yang disebut “gelombang AI”. Pada gelombang pertama, para ilmuwan berfokus pada pembuatan program komputer yang dapat melakukan tugas-tugas yang terstruktur dengan cermat, seperti mengelola database atau memproses transaksi keuangan. Gelombang kedua dimulai pada tahun 1980-an berfokus pada pembuatan program komputer yang dapat menangani informasi yang tidak terstruktur, seperti teks atau gambar. Gelombang ketiga, yang dimulai pada tahun 2010-an, ditandai oleh kemajuan yang luar biasa dalam machine learning dan AI berbasis data.
AI terus berkembang hingga saat ini, dan telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, penerbangan, dan Kesehatan serta pendidikan.
Beberapa contoh pemanfaatan teknologi AI dalam kehidupan kita:
- Google Search – Mesin pencari terbesar di dunia ini menggunakan AI untuk memberikan hasil pencarian yang lebih tepat sesuai dengan permintaan pengguna.
- Netflix – Layanan streaming film dan serial TV ini menggunakan AI untuk merekomendasikan konten yang sesuai dengan minat pengguna.
- Amazon – Platform belanja online terbesar di dunia ini menggunakan AI untuk merekomendasikan produk yang sesuai dengan minat pengguna.
- Uber – Aplikasi transportasi online ini menggunakan AI untuk memprediksi permintaan dan menentukan harga yang tepat.
- Spotify – Layanan streaming musik ini menggunakan AI untuk merekomendasikan lagu dan playlist yang sesuai dengan minat pengguna.
- Salesforce Einstein – Platform CRM (Customer Relationship Management) ini menggunakan AI untuk membantu perusahaan dalam mengelola hubungan dengan pelanggan dan meningkatkan efisiensi bisnis.
- HireVue – Platform rekrutmen online ini menggunakan AI untuk menilai dan mengevaluasi CV (Curriculum Vitae) serta menyarankan kandidat terbaik untuk posisi yang tersedia.
- Pandora: Menggunakan AI untuk memberikan rekomendasi lagu yang disesuaikan dengan selera musik pengguna.
- Adobe Sensei: Menggunakan AI untuk menyediakan fitur-fitur pintar di berbagai produk Adobe, seperti Photoshop dan Premiere Pro.
- OpenAI: Menyediakan berbagai alat dan sumber daya yang memungkinkan pengembangan dan penelitian terkait AI.
- Apple Siri: merupakan asisten virtual yang dapat menjawab pertanyaan dan melakukan tugas seperti mengirim pesan, mengingatkan tentang acara dan lainnya melalui perintah suara.
- Google Photos: menggunakan AI untuk mengategorikan dan menandai foto-foto yang disimpan, sehingga memudahkan pengguna menemukan foto yang dicari.
- eBay: menggunakan AI untuk menganalisis data penjualan dan memberikan rekomendasi produk kepada pelanggan yang mungkin tertarik.
- Duolingo : Aplikasi belajar bahasa asing secara online ini menggunakan AI untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan individu dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
- Coursera : Platform edukasi online ini menggunakan AI untuk menyesuaikan konten pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan minat pengguna.
- Kahoot! : Platform yang menyediakan quiz interaktif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik.
2. Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan
Di era revolusi Pendidikan 4.0, Pendidik bukan satu-satunya narasumber di dalam kelas, peserta didik semakin mudah mendapatkan pengetahuan melalui internet secara mandiri. Peserta didik memiliki kendali penuh atas proses pembelajarannya sendiri yang berfokus pada pengembangan kemampuan individu untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka sendiri dan mengembangkan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pendekatan belajar ini disebut dengan Heutagogy.
Bagi Pendidik, perkembangan teknologi AI semakin dibutuhkan. Beberapa aplikasi pembuat presentasi seperti Microsoft PowerPoint atau Google Slides telah menyertakan fitur AI yang dapat membantu membuat presentasi dengan lebih cepat dan mudah. Fitur tersebut bisa berupa saran layout atau desain, saran konten, atau bahkan pembuatan slide secara otomatis berdasarkan teks yang dimasukkan. Apabila presentasi yang akan disampaikan menyajikan banyak data yang perlu diolah dan disajikan secara visual, Pendidik bisa menggunakan AI untuk membantu mengolah dan menampilkan data tersebut dengan menggunakan aplikasi pembuat grafik yang menyertakan fitur AI secara otomatis berdasarkan data yang dimasukkan. Banyak aplikasi berbasis web yang menyediakan banyak template infografis yang bisa disesuaikan, dilengkapi dengan fitur AI yang dapat membantu pendidik membuat infografis secara cepat dan mudah seperti Piktochart, Canva, Visme, Venngage, Infogram dan sejenisnya. Semua cara ini membantu Pendidik membuat bahan tayang presentasi dengan memanfaatkan teknologi AI, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan presentasinya.
Menunjang tugas membuat karya tulis ilmiah bagi Pendidik, ChatGPT OpenAI sangat membantu mulai dari pencarian ide/topik penelitian, membuat abstrak, mengidentifikasi masalah, menentukan metode penelitian, pembahasan sampai dengan kesimpulan. Penulis telah mencoba bertanya kepada ChatGPT OpenAI, “Buatkan topik penelitian fungsi Widyaiswara dalam pembelajaran orang dewasa”, dalam beberapa detik saja ChatGPT OpenAI telah merekomendasikan 10 topik penelitian.
Peluncuran ChatGPT OpenAI masih dalam tahapan ujicoba, artinya belum sempurna, banyak pertanyaan yang tidak sesuai dengan jawabannya.
Jawaban dari ChatGPT OpenAI tentang Akronim Core Value ASN BERAKHLAK tentunya salah, karena ChatGPT OpenAI masih baru dan belum banyak diberikan input informasi dan bimbingan, berbeda dengan Google Search yang telah lama/banyak diberikan input informasi.
ChatGPT OpenAI tentunya akan selalu dikembangkan dan disempurnakan (dalam batas-batas tertentu terkait etika dalam peradaban manusia), yang menarik adalah meskipun ChatGPT OpenAI masih versi uji coba (beta) tetapi dapat menginformasikan lebih dari yang manusia tanyakan. Uji coba yang penulis lakukan, ketika bertanya “Sebutkan akronim Core Value ASN BERAKHLAK”, ChatGPT OpenAI mampu mencari jawaban penjelasan dari Core Value ASN, tidak hanya akronim yang dipertanyakan penulis.
Rekacipta teknologi AI, tentunya ada tantangan yang hadapi. Pendidik akan malas melakukan sesuatu karena banyak pekerjaan dan proses berfikir yang tergantikan dengan AI, begitupun dengan konten pengetahuan yang disajikan oleh AI tidak sepenuhnya benar, tergantung dari seberapa banyak input informasi yang diterima dan dianalisis oleh AI. Hal yang paling krusial lainnya dari tantangan pemanfaatan rekacipta AI ini adalah terkait dengan etika dan masalah hukum cyber (CyberLaw).
Peserta didik dan Pendidik harus meyakini bahwa pengetahuan yang didapatkan dari rekacipta AI belum tentu sepenuhnya benar, dibutuhkan pendalaman dengan cara cross check atau memeriksa ulang dengan sumber yang lebih valid seperti bertanya kepada tokoh ahli, buku refensi dan peraturan perundang-undangan. Pengalaman penulis dalam menjalankan tugas sebagai Widyaiswara, teknologi AI sangat membantu dalam menentukan metode dan media pembelajaran interaktif dan inovatif, akan tetapi teknologi sangat erat dengan prinsip-prinsip mekanistik, rutin dan repetitif, sedangkan peserta didik mengharapkan inspirasi dan refleksi yang tidak akan didapatkan dari robot berteknologi AI. Pendidik tidak akan tergantikan oleh robot, sepanjang dirinya selalu memberikan keterampilan dan role model implementasi nilai-nilai.
Semoga menginspirasi
Referensi :
- Rayendra, dkk. Kecerdasan Buatan, Mitra Cendekia Media, 2021
- Sangseok Yoon and Seokho Jung, WHY? Artificial Intelligence-Ke cerdasan Buatan, Alih Bahasa Suxi Anggunisa, PT. Elekmedia Komputindo, 2017
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Rekacipta Teknologi Kecerdasan Digital (Artificial Intelegence/AI) dalam Pendidikan”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/indrapedia/63ba555443a84b152a4856b4/rekacipta-teknologi-kecerdasan-digital-artificial-intelegence-ai-dalam-pendidikan?page=all#section2
Terima kasih telah membaca artikel ini,
Salam Hormat,