Menentukan topik riset sesuai kebutuhan masyarakat lokal – bukan hanya karena minat pribadi.
Melibatkan warga sebagai narasumber riset – agar hasil riset kontekstual dan tepat sasaran.
Mengembangkan riset berbasis masalah riil di lapangan – bukan hanya untuk publikasi.
Menganalisis data dari sudut pandang manfaat sosial – tidak hanya statistik, tapi dampaknya.
Membuat ringkasan hasil riset dalam bahasa sederhana – agar mudah dipahami masyarakat.
Mengundang pengguna kebijakan dalam forum uji publik hasil riset – menyesuaikan hasil dengan kebutuhan mereka.
Melakukan observasi langsung ke lapangan – memastikan riset tidak hanya dari balik meja.
Menyesuaikan waktu wawancara dengan kenyamanan responden – menghargai waktu dan kesibukan mereka.
Mengembangkan riset interdisipliner agar solusi lebih lengkap – mendekati masalah dari berbagai sisi.
Mengadakan survei awal tentang kebutuhan riset dari pemangku kepentingan – mendengar suara pengguna sejak awal.
Menyambut pertanyaan masyarakat tentang riset dengan ramah – tidak menganggap awam sebagai beban.
Menjawab permintaan data dari pemda dengan cepat dan rapi – membantu pengambilan kebijakan.
Membuat format laporan yang mudah dipahami oleh non-akademisi – membantu semua pihak mengerti.
Merespons kritik terhadap hasil riset secara solutif, bukan defensif – mengedepankan perbaikan.
Membuat infografik hasil riset agar cepat diserap publik – visual, ringkas, dan menarik.
Menyiapkan presentasi hasil riset dengan bahasa yang ramah audiens – bisa dinikmati semua kalangan.
Mendampingi pengguna riset dalam memahami rekomendasi kebijakan – bukan hanya “lempar dokumen”.
Memberikan solusi berbasis data untuk masalah lokal – tidak hanya menyampaikan hasil tanpa arah.
Membuat riset pilot project dengan hasil nyata – tidak berhenti di atas kertas.
Menjadi narasumber aktif untuk menjawab kebingungan masyarakat soal isu riset – menjadi wajah riset yang dapat diakses.
Mengevaluasi hasil riset bersama tim dan pemangku kepentingan – terbuka untuk refleksi dan kritik.
Mengikuti pelatihan terbaru tentang metodologi riset – tidak berhenti belajar.
Mengembangkan alat ukur baru yang lebih presisi dan kontekstual – memperbaiki kelemahan sebelumnya.
Memperbarui SOP penelitian berdasarkan pengalaman lapangan – agar kerja makin efisien.
Melacak dampak hasil riset setahun setelah dipublikasikan – menilai efektivitas dan keberlanjutan.
Mencatat kekurangan selama riset dan menuliskannya dalam laporan internal – jadi pelajaran tim berikutnya.
Mengembangkan platform digital berbagi hasil riset – memperluas akses pengetahuan.
Melakukan perbaikan sistem wawancara agar lebih efisien dan inklusif – tidak statis.
Memperbarui database riset berkala – menjamin akurasi dan relevansi data.
Mengadopsi teknologi baru untuk pengolahan data – lebih cepat, akurat, dan terukur.
Melibatkan pengguna hasil riset dalam penentuan luaran akhir – sesuai kebutuhan mereka.
Melayani permintaan dokumen riset dalam format aksesibel (PDF, video, poster) – ramah pengguna.
Menyesuaikan rekomendasi kebijakan agar bisa diimplementasikan – bukan teori belaka.
Menjawab pertanyaan peserta forum ilmiah secara sabar dan utuh – menghargai semua pertanyaan.
Melacak tindak lanjut hasil riset setelah direkomendasikan ke instansi pengguna – memastikan kebermanfaatan.
Menulis laporan progres berkala bagi pemangku kepentingan – memperlihatkan transparansi dan kemajuan.
Membuka sesi konsultasi bagi pengguna hasil riset – membuka akses dan komunikasi.
Membuat formulir kepuasan pemangku kepentingan – mengevaluasi kualitas layanan riset.
Mengembangkan sistem feedback otomatis dari pengguna riset – evaluasi berkelanjutan.
Mengusulkan revisi hasil jika ada perubahan signifikan di lapangan – fleksibel dan tanggap.
Membuat jadwal kerja yang disiplin dan terbuka bagi tim – pelayanan juga dimulai dari internal.
Mendahulukan kepentingan tim dalam pengambilan keputusan – bukan ego pribadi.
Menjadi mentor bagi peneliti baru secara sukarela – pelayanan antargenerasi.
Mendorong budaya berbagi sumber daya riset antar peneliti – kolaborasi yang memudahkan pelayanan publik.
Tidak menunda respons terhadap surat atau permintaan informasi – cepat dan profesional.
Menyiapkan diri menjadi perwakilan lembaga dengan penuh tanggung jawab – citra pelayanan yang baik.
Mendengarkan kebutuhan pengguna riset dari daerah tertinggal – inklusif dan empatik.
Menyesuaikan strategi diseminasi hasil riset berdasarkan audiens – memahami siapa yang dilayani.
Menjaga komunikasi profesional dengan mitra riset luar negeri – representasi ASN yang berkelas.
Memastikan hasil riset dapat digunakan untuk pelayanan publik yang lebih baik – tujuan akhir dari riset sebagai ASN.
Mengakui kesalahan analisis – terbuka saat ada kekeliruan dalam interpretasi data.
Menyebut sumber kutipan secara benar – menjaga etika akademik dalam laporan riset.
Menolak intervensi dalam penyusunan hasil riset – mempertahankan objektivitas ilmiah.
Melaporkan progres riset secara rutin – menyampaikan perkembangan kepada pimpinan dan tim.
Mengungkap keterbatasan riset – menulis secara jujur mengenai batasan dalam hasil penelitian.
Menuliskan data apa adanya – tidak memanipulasi angka agar terlihat “bagus”.
Menjaga kerahasiaan data sensitif – tidak menyebarkan informasi yang belum layak publikasi.
Menolak plagiat dalam publikasi – memastikan setiap kalimat orisinal atau diberi kredit.
Tidak mengklaim hasil orang lain – menghormati kontribusi semua anggota tim.
Melaporkan konflik kepentingan – menyampaikan jika ada afiliasi yang berpengaruh.
Menggunakan alat laboratorium dengan bijak – tidak menggunakan fasilitas riset untuk keperluan pribadi.
Menjaga peralatan riset tetap berfungsi – rutin memelihara aset negara untuk keperluan penelitian.
Membuat laporan penggunaan dana riset – menyusun pertanggungjawaban keuangan dengan transparan.
Tidak melakukan mark-up pengadaan – jujur dalam pengelolaan belanja riset.
Membatasi perjalanan dinas pada yang relevan – hanya melakukan dinas jika mendukung riset.
Mencatat penggunaan bahan habis pakai – menyimpan log pemakaian bahan kimia atau alat habis pakai.
Mengarsipkan dokumen riset dengan rapi – tidak membuang atau menyembunyikan dokumen penting.
Berbagi fasilitas dengan efisien – tidak memonopoli alat lab yang dibutuhkan tim lain.
Menggunakan ruang kerja sesuai izin – tidak menyalahgunakan ruangan untuk kegiatan di luar riset.
Menghindari pemborosan sumber daya – merancang riset hemat energi dan biaya.
Tidak mengubah data demi kepentingan atasan – menjaga kejujuran walau ada tekanan hierarki.
Tidak memaksakan topik riset ke tim lain – menghormati independensi sesama peneliti.
Menolak permintaan manipulasi laporan – bersikap tegas ketika diminta mengubah kebenaran.
Tidak menggunakan jabatan untuk menerima gratifikasi – menolak hadiah yang terkait hasil riset.
Tidak memanfaatkan hasil riset pribadi untuk kepentingan komersial diam-diam – menjaga integritas lembaga.
Tidak menyisipkan anggota tim fiktif – memastikan semua kontributor benar-benar terlibat.
Tidak meminta bayaran pribadi dari mitra riset – menjaga batasan profesional.
Tidak mencantumkan nama sendiri jika tidak berkontribusi – menghargai kejujuran akademik.
Menolak permintaan publikasi palsu – tidak menerbitkan laporan tanpa data.
Tidak memprioritaskan kerabat dalam tim – menjunjung merit sistem dalam rekrutmen riset.
Menetapkan tujuan riset secara realistis – tidak mengada-ada dalam pengajuan proposal.
Menjelaskan desain riset secara transparan – terbuka terhadap kritik dan masukan.
Mengelola waktu kerja riset dengan disiplin – tidak mengulur-ulur penyelesaian.
Membuat jadwal kerja yang terukur – mengatur tahapan riset dengan akuntabilitas tinggi.
Melakukan validasi data lapangan – tidak hanya bergantung pada sumber sekunder.
Menghindari penyesuaian data karena tekanan sponsor – mempertahankan integritas sains.
Mengarsipkan data mentah untuk audit – menyediakan data asli jika dibutuhkan.
Menggunakan software legal untuk analisis – tidak menggunakan perangkat bajakan.
Melaporkan hasil negatif – tetap mempublikasikan hasil meski tidak sesuai harapan.
Membuat rencana mitigasi risiko riset – menjaga profesionalisme saat hal tidak berjalan sesuai rencana.
Menghargai hasil kerja tim – tidak mencuri ide rekan kerja.
Melakukan pembagian kerja yang adil – tidak membebani satu orang saja.
Menyampaikan laporan akhir ke atasan dan mitra – tidak menyimpan sendiri hasil kerja.
Memberi kredit pada mitra riset eksternal – mencantumkan nama lembaga mitra secara benar.
Menjalin komunikasi yang transparan – terbuka terhadap progres dan kendala kepada tim.
Menyusun laporan evaluasi akhir proyek – sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja.
Mengarsipkan dokumen pendukung – menjaga transparansi dalam pelaporan akhir.
Menjaga etika saat konferensi atau forum – tidak mengklaim temuan yang belum teruji.
Menyampaikan hasil akhir sesuai kesepakatan waktu – menjaga komitmen profesional.
Menjadi teladan integritas bagi rekan ASN – berani bicara benar walau tidak populer.
Mengikuti pelatihan metodologi baru – belajar teknik riset terkini untuk meningkatkan kualitas analisis.
Membaca jurnal internasional – memperluas wawasan dengan referensi global.
Mendaftar program sertifikasi riset – menambah kredibilitas keahlian teknis.
Belajar software statistik lanjutan – meningkatkan ketepatan analisis data.
Mengikuti forum ilmiah nasional – menggali tren riset dari komunitas peneliti.
Menyusun portofolio hasil riset – mencatat pencapaian untuk refleksi dan perbaikan diri.
Melatih diri menulis publikasi ilmiah – meningkatkan kemampuan menyampaikan ide secara akademik.
Mengembangkan kapasitas digital – mempelajari AI, big data, atau teknologi terkini.
Belajar dari mentor riset senior – terbuka pada masukan dari peneliti berpengalaman.
Mengikuti short course internasional – memperluas jejaring dan pengetahuan global.
Membimbing rekan riset pemula – berbagi teknik penulisan dan pengumpulan data.
Memberi masukan pada proposal tim – aktif dalam review internal.
Menyusun modul pelatihan riset – membuat bahan ajar bagi ASN baru.
Berbagi referensi jurnal ke tim – membangun budaya belajar bersama.
Menjadi pembicara internal lab – memfasilitasi sesi diskusi tentang metode baru.
Menjadi pembimbing magang riset – membina mahasiswa atau CPNS yang sedang magang.
Menyusun tutorial penggunaan alat lab – memudahkan rekan menggunakan instrumen baru.
Mengajarkan teknik presentasi ilmiah – membantu rekan menyampaikan hasil riset secara menarik.
Membuat vlog/infografik edukatif – menyederhanakan konsep riset untuk publik ASN.
Menginisiasi kelompok belajar riset – membentuk komunitas belajar informal di kantor.
Mengecek ulang keakuratan data – memastikan validitas sebelum analisis.
Menggunakan instrumen terstandar – memilih alat ukur yang tepat dan terpercaya.
Membuat laporan riset sistematis – menulis ringkas, lengkap, dan logis.
Mendesain riset sesuai urgensi nasional – memilih topik yang relevan dan berdampak.
Melaksanakan riset sesuai timeline – disiplin terhadap waktu dan jadwal.
Melakukan analisis komprehensif – menyertakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif bila diperlukan.
Menghadirkan visualisasi data menarik – menyajikan informasi dengan cara mudah dipahami.
Melakukan uji validitas dan reliabilitas – menjaga mutu hasil temuan.
Melengkapi riset dengan rekomendasi kebijakan – memberi nilai tambah untuk pengambilan keputusan.
Memastikan kebermanfaatan hasil riset – membuat luaran bisa langsung digunakan masyarakat/pemerintah.
Membuka kolaborasi lintas bidang – menggandeng disiplin lain untuk memperkaya riset.
Berperan aktif dalam tim riset nasional – tidak hanya menunggu perintah.
Menginisiasi proyek kolaboratif antar-instansi – membangun jejaring keilmuan baru.
Menghadirkan pendekatan transdisipliner – menggabungkan sains, teknologi, dan sosial.
Menulis jurnal bersama mitra luar negeri – membawa nama instansi ke level global.
Berinovasi dalam pendekatan pengumpulan data – menggunakan teknologi seperti drone, AI, atau aplikasi.
Mengintegrasikan prinsip etika dalam riset – memastikan tidak ada pelanggaran HAM atau diskriminasi.
Menciptakan sistem monitoring proyek riset – menjaga kualitas dan transparansi.
Merevisi dan menyempurnakan riset sebelumnya – terus memperbaiki pendekatan.
Menjadi reviewer proposal riset internal – berkontribusi menjaga standar mutu di organisasi.
Menghubungkan riset dengan kebutuhan organisasi – menyusun riset berbasis masalah nyata.
Menulis dokumen perencanaan riset yang rinci – mengatur skenario dari awal hingga akhir.
Mengadopsi pendekatan Evidence-Based Policy – mengaitkan hasil riset dengan kebijakan publik.
Melatih keterampilan komunikasi riset – menjembatani dunia sains dan dunia layanan publik.
Mengevaluasi diri pasca setiap proyek – melakukan refleksi sistematis.
Mempresentasikan hasil di forum instansi – tidak menyimpan hasil hanya di laci meja.
Mengadaptasi hasil riset untuk edukasi publik – menyusun narasi populer dari riset berat.
Memperbaharui literatur riset tiap tahun – tidak menggunakan data atau teori lama tanpa revisi.
Membuat SOP kerja berbasis riset – menyusun pedoman kerja untuk rekan ASN lain.
Menjadi role model ASN pembelajar – terus berkembang, bukan hanya sekadar bekerja.
Menghormati pendapat rekan beda disiplin – tidak meremehkan pendekatan yang berbeda.
Menghargai perbedaan metode riset – tidak memaksakan cara sendiri kepada tim.
Mendukung rekan dari instansi berbeda – bekerja sama meski berasal dari luar lembaga sendiri.
Menghindari komentar diskriminatif – menjaga komunikasi bebas bias gender, agama, atau usia.
Memberi ruang bicara merata dalam diskusi – tidak memonopoli pembicaraan.
Menjaga etika komunikasi lintas budaya – memahami perbedaan ekspresi dari berbagai daerah.
Menerima kritik dari peneliti muda – membuka diri terhadap masukan dari semua generasi.
Mengakui kontribusi seluruh anggota tim – menampilkan semua nama kontributor dalam laporan.
Tidak membandingkan gelar atau pangkat – menilai berdasarkan kontribusi, bukan jabatan.
Menghargai cara kerja individu – memberi keleluasaan rekan memilih cara produktifnya.
Membantu analisis data rekan yang kesulitan – menawarkan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan kendala.
Berbagi referensi dan sumber literatur – mempermudah akses bahan bacaan bagi rekan tim.
Mengajari penggunaan alat riset baru – menjadi tutor singkat saat ada alat baru di lab.
Mendampingi peneliti pemula – membina tanpa menggurui.
Menawarkan bantuan saat deadline mepet – mendukung tim yang terdesak waktu.
Menuliskan panduan kerja untuk tim – agar rekan lebih mudah memahami alur proyek.
Menjadi relawan penyusun laporan akhir – ikut menyelesaikan tugas tim walau bukan bagiannya.
Meminjamkan akun aplikasi riset – membantu rekan yang belum punya akses.
Memberi semangat pada rekan yang gagal publikasi – peduli secara emosional dan profesional.
Menjadi juru bicara bagi rekan yang pendiam – menyampaikan ide rekan saat ia tak berani bicara.
Mengatur ruang kerja yang nyaman untuk tim – memastikan alat dan bahan tersedia dengan tertib.
Membuka sesi refleksi bersama setelah riset selesai – ruang untuk evaluasi dan saling dukung.
Menyampaikan kritik dengan bahasa positif – menjaga suasana tetap saling percaya.
Menghindari gosip internal tim riset – fokus pada pekerjaan, bukan konflik pribadi.
Merayakan pencapaian tim bersama-sama – memberi penghargaan atas hasil kerja kolektif.
Menengahi konflik dalam tim secara adil – menjadi penyeimbang ketika ada ketegangan.
Menjaga nada bicara dalam forum resmi – menunjukkan kesantunan dan profesionalisme.
Menulis laporan tim secara adil – mencantumkan kontribusi tanpa melebihkan diri sendiri.
Mengajak rekan diskusi informal santai – mencairkan suasana dengan cara positif.
Membuat kesepakatan kerja bersama – menyusun komitmen tim untuk menjaga kenyamanan kerja.
Menghormati jadwal rekan saat koordinasi – tidak memaksakan pertemuan di luar kesepakatan.
Menyesuaikan gaya komunikasi dengan lawan bicara – menggunakan pendekatan personal yang tepat.
Mengapresiasi kontribusi staf teknis – tidak meremehkan peran pendukung riset.
Berbagi spotlight dengan tim saat presentasi – memberi kesempatan berbicara pada rekan.
Mengajak rekan dari latar belakang berbeda – membuka peluang riset lintas bidang dan pengalaman.
Menghindari nada email yang menyalahkan – memilih kata netral dan solutif.
Melibatkan semua rekan dalam pengambilan keputusan – tidak membuat keputusan sepihak.
Menawarkan waktu bimbingan fleksibel – menyesuaikan dengan kesibukan rekan bimbingan.
Menyapa dan memberi kabar secara berkala – menjalin komunikasi hangat dengan rekan tim.
Menghindari perebutan topik riset – saling menghormati pilihan masing-masing.
Memberi ruang rekan difabel dalam tim riset – menciptakan ekosistem riset yang ramah semua kalangan.
Mengajak rekan muda dalam konferensi – mendorong regenerasi dan partisipasi.
Mengelola grup WA tim dengan bijak – tidak menyebar hoaks atau komentar negatif.
Menjaga kerahasiaan pribadi rekan – tidak membocorkan informasi pribadi.
Mengirim ucapan di hari penting rekan – menjaga kedekatan emosional dalam tim.
Menyediakan sarana pendukung kerja untuk semua – tidak pilih kasih dalam fasilitas.
Mendengarkan keluhan rekan dengan empati – tidak langsung menghakimi.
Mengajak istirahat bersama saat lembur – menunjukkan kepedulian timbal balik.
Menghormati waktu pribadi rekan – tidak menuntut pekerjaan di luar jam kantor.
Menjadi penyejuk suasana saat tegang – menggunakan humor dan kehangatan yang sehat.
Mengarahkan riset untuk kepentingan publik – memilih topik yang mendukung kesejahteraan rakyat.
Menolak riset yang berpotensi menimbulkan perpecahan – tidak meneliti isu yang memecah belah bangsa.
Memastikan riset mendukung nilai-nilai kebangsaan – hasil riset mencerminkan semangat persatuan dan kesetaraan.
Menjaga netralitas politik dalam riset – tidak menjadikan penelitian sebagai alat propaganda.
Menyuarakan Pancasila dalam hasil riset – menyisipkan nilai-nilai dasar bangsa dalam rekomendasi kebijakan.
Membangun narasi riset yang inklusif dan toleran – menghindari sudut pandang diskriminatif.
Melibatkan semua lapisan masyarakat sebagai subjek riset – tidak mengabaikan kelompok marjinal.
Meneliti isu strategis nasional – seperti ketahanan pangan, energi, dan pendidikan.
Berpartisipasi dalam riset kebijakan nasional – menyumbangkan keilmuan bagi regulasi negara.
Menjaga keutuhan NKRI melalui data yang valid – tidak menyebarkan narasi separatis atas nama riset.
Tidak menyebarkan informasi internal tanpa izin – menjaga reputasi lembaga tempat bekerja.
Memberi kredit instansi dalam publikasi – mencantumkan nama lembaga dengan baik dan benar.
Menjadi juru bicara lembaga yang bijak dalam forum ilmiah – menyampaikan dengan tutur santun dan cermat.
Membagikan hasil riset dengan bahasa netral dan profesional – menghindari framing yang menyerang pihak lain.
Mengklarifikasi isu miring tentang tim riset – tidak ikut menyebarkan kabar yang belum pasti.
Menghindari konflik terbuka antar rekan di forum publik – menjaga kekompakan ASN peneliti.
Membantu meredakan ketegangan antar tim – tampil sebagai penengah, bukan penyulut.
Menjadi perwakilan lembaga dalam seminar dengan sikap positif – membangun citra ASN yang kredibel.
Meluruskan narasi keliru tentang hasil riset instansi – menjelaskan fakta secara ilmiah dan elegan.
Tidak menyalahkan atasan atau institusi dalam laporan riset – tetap menunjukkan tanggung jawab bersama.
Tidak membocorkan data strategis riset ke publik tanpa izin – melindungi informasi yang belum layak diumumkan.
Menjaga kerahasiaan identitas narasumber – melindungi informan lapangan dari risiko.
Mengamankan dokumen hasil riset di penyimpanan resmi – tidak menyebar file ke luar sistem.
Tidak mengunggah hasil riset mentah ke media sosial – menjaga integritas dan keamanan informasi.
Menggunakan kode etik saat wawancara – tidak mengeksploitasi informasi sensitif.
Menghormati klasifikasi dokumen riset yang bersifat terbatas – hanya dibagikan kepada pihak yang berwenang.
Menghindari diskusi rahasia jabatan di tempat umum – menjaga batas informasi di ruang terbuka.
Menyimpan data responden secara terenkripsi – menghindari kebocoran yang bisa merugikan.
Menolak permintaan pihak luar untuk membuka isi riset rahasia – teguh pada peraturan kerahasiaan.
Menghindari pengaruh sponsor yang mengarahkan isi riset – menjaga independensi dari tekanan eksternal.
Mendahulukan kepentingan lembaga dalam kolaborasi riset – tidak membawa nama pribadi di atas institusi.
Mengutamakan riset yang memberi nilai tambah untuk bangsa – bukan hanya prestise pribadi.
Tidak memanfaatkan hasil riset untuk keuntungan pribadi tersembunyi – menjaga etika keprofesian.
Mengajak rekan ASN lain terlibat dalam riset bersama – membangun solidaritas di dalam instansi.
Berkoordinasi dengan atasan sebelum menyampaikan hasil riset ke luar – menghormati struktur organisasi.
Melibatkan unit kerja lain dalam kegiatan diseminasi riset – menghindari kerja secara eksklusif.
Tidak mengalihkan kepemilikan data kepada pihak luar – menjaga hak institusi.
Menjalin kerja sama resmi dengan mitra luar melalui MoU – tidak sembarangan berbagi akses data.
Melaporkan hasil akhir riset kepada lembaga induk – akuntabel dan loyal kepada pengelola riset.
Tidak menjual akses database riset – menjaga integritas sebagai ASN.
Mengikuti arahan pimpinan riset tanpa manipulasi – menunjukkan loyalitas dalam struktur.
Mendukung kebijakan lembaga berbasis riset – tidak menyerang keputusan atas dasar subjektifitas.
Tidak mengeluh tentang instansi di ruang publik – menjaga citra organisasi.
Melibatkan rekan kerja secara terbuka – menghindari eksklusivitas dalam proyek.
Menjadi contoh ASN yang berdedikasi pada tugas – hadir tepat waktu, bekerja sepenuh hati.
Tidak membawa nama instansi dalam konflik pribadi – memisahkan urusan personal dan institusional.
Menjaga hubungan baik dengan mitra riset pemerintah lain – memperkuat solidaritas antar instansi.
Bersedia ditempatkan dalam tugas riset nasional kapan pun diperlukan – menunjukkan loyalitas total.
Mengikuti prosedur pengajuan riset internal sesuai regulasi – patuh pada sistem tata kelola.
Menolak segala bentuk penyalahgunaan data untuk politik praktis – menjunjung loyalitas pada negara, bukan golongan.
Belajar teknologi riset baru secara mandiri – cepat menguasai alat atau metode terbaru.
Menyesuaikan topik riset sesuai isu terkini – responsif terhadap dinamika sosial atau kebijakan.
Mengganti pendekatan analisis saat metode lama tak relevan – fleksibel dalam teknik kerja.
Menerima revisi struktur tim riset dengan lapang dada – tidak ngotot mempertahankan format lama.
Berpindah dari riset konvensional ke digital – migrasi ke data daring dan AI.
Mengatur ulang rencana kerja saat anggaran berubah – tetap produktif meski dana terbatas.
Cepat menyusun ulang timeline saat jadwal mundur – tidak terpaku pada rencana awal.
Menerima masukan dari generasi muda dengan terbuka – tidak alergi perubahan dari bawah.
Mampu menggunakan berbagai perangkat analisis – tidak terpaku satu tools saja.
Beradaptasi dengan sistem administrasi digital lembaga – tidak lagi bergantung cara manual.
Mengembangkan metode pengambilan data baru – menghindari cara lama yang tak efektif.
Mendesain instrumen survei digital interaktif – lebih menarik dan mudah diakses responden.
Membuat dashboard hasil riset berbasis web – memudahkan diseminasi hasil secara real time.
Membuat infografik visual dari data hasil riset – menyampaikan informasi lebih menarik.
Menulis artikel populer dari laporan riset – menyebarkan ilmu dengan bahasa publik.
Menggunakan pendekatan multidisiplin dalam riset – menggabungkan ilmu sosial, sains, dan teknologi.
Menawarkan solusi kebijakan berbasis AI – membawa hasil riset ke ranah implementatif masa depan.
Membuat podcast singkat tentang temuan riset – memanfaatkan media baru untuk edukasi.
Mengembangkan prototipe dari hasil riset – tidak hanya berhenti di laporan tertulis.
Merancang game edukasi berbasis data riset – inovatif dalam bentuk luaran riset.
Mencari tren global yang relevan dengan riset – tidak menunggu arahan atasan.
Menyusun alternatif rencana riset sejak awal – memiliki plan A, B, dan C.
Membuka peluang kolaborasi lintas instansi lebih dulu – menghubungi mitra secara inisiatif.
Mengusulkan topik riset baru kepada atasan – bukan sekadar menunggu penugasan.
Mengembangkan SOP riset yang lebih adaptif – menyempurnakan aturan internal.
Menawarkan skema kerja fleksibel bagi tim riset – memfasilitasi kerja hybrid atau remote.
Menyampaikan potensi risiko perubahan kepada pimpinan lebih awal – peka terhadap kemungkinan kendala.
Mengupdate data secara berkala sebelum diminta – tanggap terhadap dinamika lapangan.
Menciptakan metode monitoring riset berbasis digital – mempermudah pengawasan dan pelaporan.
Membuat protokol darurat jika riset lapangan tertunda – antisipatif terhadap cuaca, demo, dll.
Mempelajari alat analisis berbasis AI dan ML – tidak takut eksplorasi machine learning.
Beralih ke platform cloud untuk manajemen data – meninggalkan penyimpanan manual.
Menerapkan sistem kolaborasi daring untuk riset lintas kota – seperti Trello, Notion, atau Miro.
Mendorong tim menggunakan platform penulisan bersama – seperti Overleaf atau Google Docs.
Memanfaatkan ChatGPT untuk literatur awal – mengefisienkan waktu kajian.
Beralih dari presentasi konvensional ke interaktif – menggunakan Mentimeter atau Canva Live.
Membuat video hasil riset untuk publik – menyederhanakan pesan riset ke masyarakat umum.
Menawarkan pelatihan internal untuk adaptasi tools baru – berbagi ilmu dan mempercepat adaptasi.
Menciptakan chatbot riset untuk layanan konsultasi data – kreatif menyambungkan data dan pelayanan.
Menerima feedback digital melalui form atau survei – tidak bergantung pada rapat fisik.
Menyesuaikan cara kerja dengan pola generasi muda – membuka ruang diskusi dua arah.
Mengubah pola komunikasi menjadi lebih inklusif – dari formal ke adaptif tergantung audiens.
Mengikuti pelatihan internal tanpa diminta – menunjukkan semangat belajar terus-menerus.
Mengembangkan budaya riset yang fleksibel waktu – memberi ruang untuk kreativitas tim.
Menyesuaikan diri dengan pimpinan baru tanpa resistensi – loyal namun juga lentur.
Berani mengusulkan cara kerja baru di forum internal – menyuarakan gagasan tanpa takut ditolak.
Menyelaraskan nilai-nilai personal dengan core value ASN – menjadi ASN yang progresif.
Menyiapkan dokumen digital daripada hanya fisik – mempercepat akses dan efisiensi.
Mencari cara cepat memvisualisasikan data riset – menggunakan tools seperti Tableau, Flourish, dll.
Mengubah mindset “harus menunggu perintah” menjadi “berani menawarkan solusi” – inisiatif menjadi budaya.
Mengajak tim dari lintas bidang ilmu – memperkaya perspektif dalam riset.
Menyediakan ruang bagi anggota junior untuk menyampaikan ide – memberi suara bagi yang baru.
Melibatkan masyarakat sebagai partisipan aktif riset – membangun riset yang relevan dan kontekstual.
Menyusun formulir kontribusi ide dari seluruh staf unit – membuka partisipasi awal secara terbuka.
Memberi ruang pelibatan ASN dari daerah dalam riset nasional – merangkul potensi lokal.
Mengakomodasi peneliti perempuan dan kelompok rentan dalam proyek riset – inklusif terhadap keragaman.
Melibatkan tenaga administrasi dalam perencanaan riset – menghargai peran pendukung.
Menjadi moderator diskusi kelompok riset – memberi kesempatan berbagi gagasan secara setara.
Mengusulkan sistem rotasi peran dalam tim riset – memberi pengalaman luas bagi semua anggota.
Mendukung usulan metode baru dari rekan yang belum berpengalaman – membuka ruang inovasi tanpa diskriminasi.
Menggagas riset bersama perguruan tinggi atau NGO – membuka kolaborasi lintas sektor.
Berbagi hasil riset awal untuk mendapat masukan – tidak menyimpan ide hanya untuk diri sendiri.
Mengundang mitra eksternal dalam forum riset terbuka – memperluas jejaring ilmu dan praktik.
Berbagi alat atau sumber daya riset dengan lembaga lain – mendorong efisiensi kolektif.
Mengembangkan publikasi bersama antar lembaga pemerintah – memperkuat kolaborasi antar ASN.
Menggunakan sistem cloud bersama untuk koordinasi data riset – meningkatkan akses dan keterbukaan.
Menerima kritik dan masukan sebagai bentuk dukungan – tidak defensif dalam kerja tim.
Mengadopsi pendekatan riset kolaboratif warga (citizen science) – melibatkan publik dalam pengumpulan data.
Menghargai peran semua tim saat keberhasilan dicapai – tidak mengklaim hasil sendiri.
Mengikuti standar kerja bersama, bukan gaya pribadi – menyelaraskan langkah dalam tim.
Mengidentifikasi potensi kolaborator dari berbagai instansi – memetakan kekuatan eksternal.
Menghubungkan kebutuhan riset dengan ketersediaan sumber daya lokal – sinergi dengan potensi wilayah.
Menggunakan platform digital kolaboratif – seperti Mendeley, Notion, Trello, atau Google Workspace.
Membuat peta kontribusi tiap anggota tim – memaksimalkan sumber daya manusia secara merata.
Membuka pengajuan proposal riset terbuka internal lembaga – memanfaatkan ide dari berbagai pihak.
Mengatur sistem peminjaman alat riset antar unit – efisiensi alat dan dana.
Mengadakan workshop riset kolaboratif lintas instansi – membangun kapasitas bersama.
Mengelola anggaran bersama secara transparan – memastikan dana digunakan sesuai kebutuhan tim.
Membuka peluang pembimbingan silang antar peneliti – belajar lintas divisi.
Menyusun MoU kerja sama riset dengan aturan adil – menjaga hak dan tanggung jawab semua pihak.
Merancang ide produk hasil riset bersama UMKM atau startup – menghubungkan hasil riset dengan industri.
Menyusun jurnal ilmiah dengan penulis dari beragam latar belakang – meningkatkan dampak publikasi.
Mengembangkan prototipe riset lintas bidang (sains, sosial, teknologi) – menjawab masalah kompleks secara bersama.
Mengintegrasikan input mitra daerah ke dalam kebijakan pusat – menjembatani pusat dan daerah.
Menjadi fasilitator diseminasi hasil riset multi-pihak – memperluas pemanfaatan temuan.
Menggabungkan data riset milik instansi berbeda – membangun basis bukti yang kuat.
Bekerja sama dengan media untuk edukasi hasil riset – menyebarluaskan secara strategis.
Membuat kanal komunikasi dua arah dengan pengguna riset – menjalin koneksi berkelanjutan.
Mengembangkan model riset partisipatif – responden menjadi bagian dari solusi.
Bekerja dalam tim multigenerasi – menggabungkan pengalaman dan semangat baru.
Menjaga komunikasi terbuka dalam tim – tidak ada yang merasa ditinggalkan.
Memberi umpan balik dengan cara konstruktif – membangun bukan meruntuhkan.
Membantu rekan tim tanpa diminta – inisiatif dalam kerja kolektif.
Mendukung tim lain meski tidak satu proyek – menunjukkan semangat kolegialitas ASN.
Menjadi penghubung antar unit atau divisi – menjembatani kebutuhan lintas bagian.
Menjadi penyejuk saat konflik muncul dalam kolaborasi – menjaga harmoni tim.
Menyebarluaskan hasil kerja tim dengan rasa bangga – mengangkat tim, bukan hanya diri sendiri.
Menyesuaikan gaya komunikasi agar semua nyaman – mengenali perbedaan dan menjadikannya kekuatan.
Menghargai perbedaan latar belakang dan pendekatan kerja – tidak memaksakan cara sendiri.
Mengucapkan terima kasih dan memberi apresiasi atas kerja sama tim – membangun budaya saling menghargai.
"Ketika riset dilakukan dengan pelayanan yang tulus, akuntabilitas yang tinggi, kompetensi yang terus tumbuh, harmoni dalam kerja tim, loyalitas pada bangsa, adaptasi terhadap zaman, dan kolaborasi yang terbuka, maka hasilnya bukan hanya pengetahuan, melainkan solusi yang menggerakkan perubahan nyata." IndraPedia, untuk ASN Periset Indonesia
© 2025 IndraPedia
Terima kasih sudah berkunjung ke indrapedia.com!
Sahabat Belajar
Kang IndraBersama Indra dari Indrapedia