#Learning Journal
Kemarin, kami berkesempatan belajar bersama dengan Dr. Uwes Anis Chaeruman, M.Pd. seorang akademisi dan pakar di bidang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dengan pengalaman lebih dari dua dekade dalam pengembangan pembelajaran berbasis teknologi. Kami mendapatkan insight tentang pentingnya civil effect dalam program pengembangan kompetensi (pelatihan). Civil effect bukan hanya soal pencantuman gelar akademik, tetapi juga menyangkut bagaimana pengakuan formal terhadap pendidikan atau pelatihan memengaruhi motivasi, legitimasi, dan kebutuhan profesional seorang individu. Dari penelitian “6 Lessons Learned from Implementation of SPADA Indonesia for Pre-service Teachers Professional Education”, beliau menekankan bahwa “civil effect is matter”. Artinya, ketika ada pengakuan formal, peserta melihat pelatihan bukan lagi sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan yang relevan bagi kariernya.
Kami merefleksikan pemikiran ini dalam konteks perancangan Pelatihan Mandiri Pengantar Magang di BRIN dalam upaya mendukung Program Manajemen Talenta Riset dan Inovasi. Program ini dirancang pemerintah untuk menemukan, membina, dan mengembangkan talenta terbaik bangsa agar mampu berkontribusi pada riset strategis nasional. Salah satu tantangan dalam program ini adalah bagaimana memastikan peserta bukan hanya mendapatkan pengalaman belajar, tetapi juga memiliki rekam jejak kompetensi yang diakui secara resmi. Pelatihan ini bertujuan membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar sebelum mereka terjun dalam kegiatan magang riset. Hasil belajar dari pelatihan ini adalah peserta mampu:
- Menjelaskan pentingnya membangun komitmen belajar dengan benar.
- Menjelaskan nilai, visi, misi, dan struktur BRIN dengan benar.
- Menjelaskan research integrity dengan tepat.
- Menjelaskan jurnal ilmiah dan manajemen referensi dengan benar.
- Menjelaskan tim efektif riset dengan tepat.
- Menjelaskan teknik presentasi ilmiah dengan tepat
Dalam konteks program magang riset di BRIN, sejumlah pembimbing menegaskan pentingnya standar kelulusan dari pelatihan pengantar magang. Hal ini bukan sekadar soal sertifikat, melainkan bentuk nyata implementasi civil effect yaitu bagaimana pengakuan formal terhadap hasil belajar dari pelatihan menjadi dasar validasi kesiapan mahasiswa sebelum masuk ke laboratorium riset. Dengan demikian, civil effect memberikan landasan konseptual bahwa pelatihan bukan hanya proses belajar, tetapi juga instrumen strategis dalam manajemen talenta riset di Indonesia.
Jika dikaitkan dengan teori Situated Learning (Lave & Wenger, 1991), pelatihan ini membentuk sebuah komunitas praktik awal yang menjadi pintu masuk mahasiswa ke dunia periset. Melalui komunitas tersebut, pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak hanya bernilai secara sosial, tetapi juga memiliki pengakuan formal yang penting bagi pengembangan karier
Akhirnya, kami belajar bahwa civil effect dapat memperkuat integrasi antara pengembangan kompetensi individu dan strategi nasional. Kami merefleksikan kembali bahwa tanpa civil effect, banyak pelatihan berisiko hanya menjadi rutinitas administratif tanpa dampak signifikan pada karier maupun kualitas riset.
Referensi:
- https://www.slideshare.net/slideshow/online-learning-6-lessons-learned-from-implementation-of-spada-indonesia/167857261?
- https://en.wikipedia.org/wiki/Situated_learning?
- Materi Pembelajaran Uwes A Chaeruman, “Desain Pembelajaran Daring; Tips Merancang Pelatihan dengan Pembelajaran Blended’, 18 September 2025
Disclaimer:
Tulisan learning journal ini disusun berdasarkan hasil pembelajaran dan refleksi penulis, dengan bantuan teknologi AI sebagai co-creator untuk memperjelas ide dan mempercepat proses penulisan. Seluruh isi tetap menjadi tanggung jawab penulis
Ditulis dengan ❤️ oleh Indra Riswadinata di Bogor, 19 September 2025.