Minggu malam. Langit mulai gelap, kopi tinggal ampas, dan notifikasi kerja sudah mulai mengintip-intip dari balik layar. Sambil menatap sisa camilan yang gagal diet, saya bertanya pada diri sendiri:
“Jejak digital saya, sudah ada belum ya? Atau jangan-jangan masih ngumpet di folder laptop bernama ‘Final-Final-Semoga-Bener’?”
🧠 Bukan Hanya Soal Eksis, tapi Kredibel
Di zaman sekarang, katanya kalau kita nggak bisa dicari di Google, kita belum eksis. Tapi sebagai widyaiswara, urusannya bukan cuma eksis, tapi juga eksis dengan isi.
Reputasi digital bukan soal narsis upload semua kegiatan. Tapi soal mendokumentasikan kontribusi profesional secara konsisten dan terbuka. Tom Peters (1997) menyebut ini sebagai bagian dari personal branding—membangun citra profesional yang otentik.
McKinsey & Company (2022) juga bilang: reputasi digital yang kuat bisa membuka peluang kolaborasi lintas sektor. Alias, makin banyak orang tahu apa yang kita kerjakan, makin besar kemungkinan diajak kerja bareng.
🔍 Widyaiswara Bukan Sekadar Ngajar
Sekarang, widyaiswara itu bukan cuma “guru PNS” yang ngasih pelatihan. Kita juga:
- Kurator ilmu (bukan cuma kolektor slide),
- Katalis perubahan (bukan cuma pengamat),
- Influencer praktik baik (tanpa perlu joget di TikTok).
Website pribadi, blog, atau bahkan akun LinkedIn bisa jadi lemari kaca digital kita. Isinya? Refleksi, materi, modul, ide, dan semangat berbagi.
Bayangkan kalau semua widyaiswara:
- Nulis catatan pelatihan mingguan
- Bagi-bagi materi via link
- Punya halaman “tentang saya” yang hidup dan informatif
Referensinya disini:
- OECD (2016), *Innovating Education and Educating for Innovation*
- UNESCO (2021), *Digital Learning and Transformation in Public Sector Training*
🛠️ Langkah Kecil, Dampak Besar (Asal Konsisten)
Jangan keburu panik harus langsung punya web canggih. Saya mulai dari hal sederhana:
- Menulis satu refleksi mingguan (kayak begini)
- Rapihin folder pelatihan
- Bikin draft halaman profil: siapa saya, ngapain aja, dan bisa dihubungi lewat apa
🌱 Rencana Aksi Minggu Ini: #PelanTapiPosting
- Senin: Tulis 3 kalimat bio profesional
- Selasa: Pilih 5 materi pelatihan yang layak tayang
- Rabu: Buka LinkedIn, hidupkan lagi
- Kamis: Tulis artikel mini reflektif
- Jumat: Coba rekam video pendek
- Sabtu: Sketsa awal website pribadi
- Minggu: Publikasi halaman profil + artikel pertama
📝 Bukan Pamer, Tapi Pamit pada Ketertutupan
Website bukan soal pamer. Tapi soal pamit: pamit pada kebiasaan menyimpan semua ilmu sendirian. Dan pamit pada identitas profesional yang cuma hidup di ruang pelatihan.
Sebagai widyaiswara, kita punya ilmu, pengalaman, dan nilai. Dan sekarang saatnya, kita juga punya jejak digital—sebagai bentuk tanggung jawab untuk berbagi dan berkembang.
☕ Jadi, selamat menutup akhir pekan. Mari kita isi minggu ini dengan satu langkah kecil menuju eksistensi digital yang bermakna.
Artikel ini ditulis dengan dukungan teknologi AI untuk efisiensi, namun seluruh konten telah dikembangkan, dikurasi, dan diedit oleh penulis agar sesuai dengan kebutuhan pembaca. dengan bantuan AI, Anda juga bisa menulis seperti ini!